GEN-A dan Puskesmas Ingin Jaya Kolaborasi Tangkal Hoaks Imunisasi Lewat Pelatihan Komunikasi

 

 

SABANGINFO.COM,ACEH BESAR – Sebanyak 40 tenaga kesehatan, terdiri dari Bidan Desa dan Staf Puskesmas Kecamatan Ingin Jaya, berpartisipasi dalam pelatihan Training of Communicator (ToC) dan Workshop Komunikasi Antarpribadi. Kegiatan yang berlangsung di Aula Puskesmas Ingin Jaya, /11/2024.

 

Acara ini diselenggarakan melalui kolaborasi antara Puskesmas Ingin Jaya dan Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A), bertujuan meningkatkan keterampilan komunikasi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.



Dalam pelatihan ini, tenaga kesehatan dan kader posyandu dibekali berbagai materi dan teknik komunikasi efektif yang dibawakan oleh sejumlah fasilitator ahli. Sesi Pengantar Teknik Komunikasi Antarpribadi disampaikan oleh dr. Imam Maulana, alumni Training of Trainer (ToT) KAP UNICEF Indonesia, yang mengajak para peserta untuk memahami teknik komunikasi yang membangun keterbukaan dan kepercayaan masyarakat.



Pada sesi Edukasi Imunisasi berbasis Komunikasi Antarpribadi (KAP), Ulfa Zahra Sisca dan Nadia Wulandari, alumni ToC KAP Imunisasi UNICEF Indonesia, mengajak peserta melalui pendekatan game-based learning. Mereka memanfaatkan permainan dan nyanyian untuk memperdalam pemahaman tentang pentingnya imunisasi, termasuk vaksinasi Human Papillomavirus (HPV), sebagai bagian dari pencegahan kanker serviks yang kini dapat diakses secara gratis oleh masyarakat.

 

 Tantangan rendahnya cakupan imunisasi, yang kerap disebabkan kurangnya literasi kesehatan dan maraknya hoaks tentang imunisasi, juga menjadi perhatian utama dalam sesi ini. "Permainan ini tidak hanya membuat suasana pelatihan lebih menyenangkan, tetapi juga menguatkan pesan-pesan penting tentang imunisasi secara interaktif. Kami ingin para tenaga kesehatan bisa menyampaikan informasi dengan cara yang mudah diterima masyarakat,” ujar Ulfa Zahra Sisca.


dr. Imam Maulana juga membawakan materi Edukasi Literasi Digital Tangkal Hoaks berbasis KAP, yang membekali peserta dengan keterampilan menyampaikan informasi yang benar dan menangkal informasi palsu di masyarakat. "Dengan maraknya hoaks, tenaga kesehatan memiliki tugas penting untuk memberikan edukasi yang benar dan mendorong masyarakat untuk berpikir kritis terhadap informasi yang mereka terima,” ujarnya. 



“Tanda informasi hoaks adalah membuat perasan berlebihan pada penerimanya. Bisa terlalu takut seperti dapat info anaknya kecelakaan dan harus kirim uang segera, atau terlalu senang seperti saat mendapatkan info menang undian 10 juta, atau bahkan mencekam seperti ketika mendapatkan info bahwa vaksin mengandung mikrocip” jelasnya. 

 

“Yang harus dilakukan jika mendapatkan info seperti ini adalah tenangkan diri dengan beristighfar, kemudian tabayyun alias mengkonfirmasi kembali atau mengecek infonya. Untuk info yang beredar di media sosial, bisa dicek dengan di google dengan cara ketik kata kunci ditambah dengan kata ‘cek fakta’ seperti ‘vaksin babi cek fakta” terang dr. Imam Maulana yang juga Wakil Komunitas Generasi Cerdas Internet Sehat (GENCIS).



Di Indonesia, hoaks terkait imunisasi telah menjadi masalah serius yang berdampak pada penurunan cakupan vaksinasi di berbagai wilayah. Klaim bahwa vaksin menyebabkan autisme atau mengandung zat berbahaya, telah terbukti keliru secara ilmiah. Sayangnya hoaksnya telah menyebar luas, terutama di media sosial. Masyarakat yang kurang mendapatkan literasi kesehatan yang tepat menjadi rentan terpengaruh oleh informasi keliru ini. Akibatnya hoaks ini sering kali membuat orang tua ragu atau menunda imunisasi anak mereka, sehingga berisiko bagi kesehatan masyarakat. 



Pelatihan diakhiri dengan sesi Microteaching, di mana peserta melakukan praktik komunikasi langsung di hadapan fasilitator untuk mendapatkan penilaian dan masukan yang membangun. Salah satu peserta pelatihan, Nurkhalidah Amd.Keb, menyampaikan kesannya, “Pelatihan ini membuka wawasan saya tentang cara menyampaikan informasi dengan menyenangkan dan mudah dipahami masyarakat. Kami jadi lebih siap mengatasi hoaks seputar imunisasi.”



Kepala Puskesmas Ingin Jaya, dr. Fina Elisa, mengapresiasi kolaborasi dengan GEN-A dan antusiasme para tenaga kesehatan. "Saya mengapresiasi semangat dan antusiasme para peserta. Kolaborasi dengan GEN-A sangat bermanfaat dalam mendukung keterampilan komunikasi para tenaga kesehatan. Kemampuan edukasi yang efektif dan menyenangkan adalah kunci untuk meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat. Semoga pelatihan ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang kami berikan," ungkapnya.



Direktur Eksekutif Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A), dr. Imam Maulana, menyampaikan apresiasinya atas terlaksananya pelatihan ini serta antusiasme para tenaga kesehatan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi mereka. “Saya sangat bangga dan terharu melihat semangat teman-teman tenaga kesehatan yang begitu besar dalam belajar teknik komunikasi yang lebih efektif. 

 

Pelatihan ini adalah langkah penting untuk memberdayakan tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat,” ujar dr. Imam. Ia menekankan bahwa peningkatan keterampilan komunikasi tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan misinformasi, terutama dalam bidang imunisasi, yang kerap terhambat oleh persepsi keliru dan hoaks yang beredar.



dr. Imam juga berharap kolaborasi ini dapat terus berlanjut, mengingat banyaknya manfaat yang diperoleh dari pelatihan ini bagi peserta. "Kami di GEN-A berkomitmen untuk terus mendukung upaya meningkatkan literasi kesehatan di Aceh melalui berbagai inisiatif pelatihan dan edukasi, ini merupakan tanggungjawab kami untuk Aceh terlebih setelah sebelumnya tim GEN-A dilatih oleh Portkesmas, RCCE, dan UNICEF Indonesia. 

 

Semoga pelatihan ini dapat memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi dan layanan kesehatan lainnya, sehingga cita-cita kita untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dapat tercapai," tambahnya. Ia juga mengapresiasi dukungan dari Puskesmas Ingin Jaya yang telah membuka ruang bagi kolaborasi ini, serta berharap agar peserta pelatihan dapat terus mengimplementasikan ilmu yang didapat dalam interaksi mereka sehari-hari dengan masyarakat.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post