SABANGINFO.COM, BANDA ACEH - Sebanyak 30 Santri MA Darul Ulum dilatih untuk memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kebakaran dan memiliki keterampilan dalam melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Kuta Alam ( 27/7/2024).
Pelatihan ini mengusung topik bencana kebakaran yang dilanjutkan dengan training P3K dan simulasi evakuasi kebakaran. Kegiatan ini bertujuan untuk menerapkan pendidikan kebencanaan, melatih kesiapsiagaan para santriwan/ santriwati dalam menghadapi bencana kebakaran serta melatih keterampilan penyelamatan atau P3K yang selaras dengan bencana kebakaran. Upaya ini merupakan bentuk kepedulian bersama antara pihak Dayah Darul Ulum Banda Aceh dan GEN-A.
Nabilla Maharani (Koordinator Sub-Unit Rakan Smong), pada sambutannya menyampaikan training ini adalah program unggulan dari Sub-Unit Rakan Smong GEN-A. Ia berharap dengan kegiatan training ini dapat membentuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kebakaran.
Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) juga ditujukan agar teman-teman dapat menjadi penolong pertama pada orang lain sebelum dibawa ke rumah sakit. Kegiatan ini memiliki tujuan membentuk kader guna menghadapi bahaya bencana kebakaran, sehingga program ini merupakan sustainable project dengan harapan para santri dapat mengajarkan hasil dari kegiatan ini kepada teman-teman lainnya.
Wakil Kepala Sarana dan Prasarana MA Darul Ullum Banda Aceh, Rosdiana, S.Sos.I, pada sambutannya mengatakan bahwa pihaknya menyiapkan 30 peserta training yang masing- masing pesertanya mewakili tiap kelas yang ada di MA Darul Ulum Banda Aceh.
Dengan adanya pelatihan ini ia berharap para santri mampu mempraktikkan materi dan pelatihan yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari di MA Darul Ulum. Ia mengatakan juga ini kesempatan yang bagus untuk menambah skill anak didiknya di bidang kesehatan dan kebencanaan, harapannya para santri mampu memiliki skill dasar di banyak bidang.
Pemateri pertama, Maulana Kamal (Sekretaris Umum GEN- A), melakukan pre test kepada santri. Tujuan daripada pre test ini adalah mengetahui sejauh mana pemahaman santri tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kebakaran. Setelah itu, penyampaian materi tentang bencana kebakaran yang bertujuan memberikan pemahaman kepada para santri.
Ada 3 hal yang merupakan penyebab utama kebakaran yaitu terbakarnya bahan yang mudah terbakar, suhu panas terlalu tinggi dan oksigen yang mencukupi untuk nyala api besar.
Klasifikasi kebakaran disampaikan oleh pemateri dibagi menjadi 5 kelas. Pertama kelas A adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda padat kecuali logam. Untuk memadamkannya dapat menggunakan air, pasir/tanah, APAR Dry Chemical, APAR Foam, dan APAR HCFC. Kebakaran kelas B disebabkan oleh benda cair dan/atau gas seperti minyak, bensin, alkohol, dan gas.
Untuk area kebakaran yang kecil, dapat digunakan pasir atau tanah. Selain itu, kebakaran kelas ini juga bisa dipadamkan dengan APAR dry chemical, APAR CO2, APAR foam, dan APAR FCF. Kebakaran kelas C disebabkan oleh korsleting listrik yang melibatkan peralatan atau instalasi listrik.
Metode pemadamannya meliputi penggunaan APAR dry chemical, APAR CO2, dan APAR HCFC yang dirancang untuk memadamkan kebakaran listrik tanpa menyebabkan kerusakan tambahan pada peralatan listrik. Kebakaran kelas D disebabkan oleh bahan logam seperti magnesium, titanium, dan kalium. Kebakaran jenis ini membutuhkan APAR khusus yang berisi sodium chloride dry powder, yang mampu menekan reaksi kimia yang terjadi pada kebakaran logam.
Yang terakhir adalah Kebakaran kelas K, disebabkan oleh konsentrasi lemak yang biasanya muncul di area dapur, terutama dari minyak goreng yang terlalu panas. Metode pemadaman kebakaran kelas K umumnya mengikuti proses pemadaman kebakaran kelas B, menggunakan APAR foam atau bahan lain yang mampu menekan api tanpa menyebabkan ledakan atau penyebaran minyak.
Simulasi evakuasi kebakaran dilakukan sebelum dan sesudah para santri mendapatkan pemahaman. Dari kedua simulasi yang dilakukan, terlihat adanya perbedaan dari santri ketika telah mendapatkan pemahaman tentang bencana kebakaran. Para santri terlihat lebih siap dan tidak panik ketika simulasi evakuasi kebakaran yang kedua (setelah mendapatkan materi) dan post test dilakukan.
Pemateri Kedua yakni, Ns. Farhan Saputra, S.Kep (Wakil Direktur Eksternal GEN A) yang menyampaikan materi terkait P3K juga melakukan hal yang sama. Pretest diberikan terlebih dahulu kepada para santri guna mengukur pemahamannya terkait P3K. Setelah pretest selesai, pemateri kedua menyampaikan materi tentang P3K yang berhubungan dengan bencana kebakaran. Pengetahuan akan P3K menurut pemateri kedua adalah pengetahuan yang harus diketahui semua orang.
Praktik P3K dilakukan setelah penyampaian materi, santri terlihat antusias mengikuti pelatihan ini. Mereka diajarkan cara melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dimulai dari melakukan pertolongan pertama pada korban pingsan. Korban pingsan pertama-tama harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman dan terhindar dari kerumunan orang.
Lalu korban diangkat kakinya setinggi 15-30 cm guna membantu peredaran darah memompa jantung. Pemateri menyampaikan agar korban pingsan jangan diberikan wewangian apapun, karena penolong belum tentu mengetahui alergi apa yang kemungkinan diderita oleh korban pingsan. Setelah sadar, segera lakukan recovery position dengan posisi badan menghadap samping dan telapak tangan sebagai tumpuan kepala korban. Ini dilakukan agar mengurangi resiko tersedak yang dialami korban setelah pingsan.
Lalu dilanjut dengan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan luka bakar yang kemungkinan dialami ketika terjadi bencana kebakaran. Pemateri mengarahkan untuk pertama melakukan pengamanan diri penolong dan korban. Kedua adalah dengan mengguyur luka bakar dengan air bersih yang mengalir selama 20 menit agar kotoran kotoran dapat dibersihkan. Ketiga, oleskan salap luka bakar (bioplasenton, bacitracin) yang juga dipraktikkan dalam pelatihan ini.
Pemateri menyampaikan jangan mengoleskan mentega, pasta gigi, atau benda lainnya pada luka bakar karena memungkinkan terjadinya infeksi pada luka bakar, pengolesan benda lain pada luka bakar juga dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan karna mentega dan pasta gigi dapat membentuk lapisan pada kulit yang memerangkap panas di dalam luka, sehingga memperparah kerusakan jaringan dan menghambat proses penyembuhan alami.
Tidak terdapat juga bukti medis yang mendukung efektivitas mentega atau pasta gigi dalam penyembuhan luka bakar. Sebaliknya, penanganan luka bakar yang benar melibatkan pendinginan segera dengan air mengalir dan menggunakan perban atau balutan yang steril.
Pelatihan ketiga yang dilakukan adalah pertolongan pertama pada kecelakaan keseleo yang kemungkinan terjadi ketika melakukan evakuasi kebakaran. Pemateri menjelaskan Teknik PRICE (Protect, Rest, Ice, Compression, Elevation) pada penanganan keseleo. Hal yang pertama dilakukan adalah amankan penolong dan juga korban. Kedua segera lakukan pengecekan nadi, saraf dan Gerakan persendian.
Lalu pemateri mengarahkan langka yang ketiga adalah pemasangan perban elastis guna menjaga stabilitas sendi yang cedera, perban elastis berguna untuk mencegah Gerakan yang berlebihan dan memungkinkan ligamen yang terluka untuk beristirahat dan sembuh dengan baik. Pemberian perban elastis juga dapat mengurangi pembengkakan pada sendi yang terluka. Ns. Farhan Saputra, S.Kep. juga menyampaikan pada sendi yang terluka, tidak perlu diurut. Karna proses pengurutan dapat memperparah cedera yang dialami.
BPBA mencatat bencana alam yang terjadi di Aceh periode Januari-Juni tahun 2024 yaitu sebanyak 99 kali kejadian, kebakaran pemukimanan masih mendominasi yakni sebanyak 39 kali dengan jumlah kerugian material sebesar 39 miliar rupiah. Bencana kebakaran tidak hanya terjadi pada pemukiman bangunan saja, tetapi juga dapat terjadi pada lembaga pendidikan seperti sekolahan, pondok pesantren dan yang lainnya.
Kebakaran di sekolah/pesanten mengakibatkan berbagai dampak yang tidak diinginkan, salah satunya adalah cidera yang kemungkinan dapat dialami oleh tenaga pendidik dan juga para santriwan/santriwati. Marilah kita sama-sama tingkatkan kepedulian kita dengan memberikan edukasi tentang kebencanaan, diharapkan dapat mencegah cidera dan kerugian yang dialami oleh masyarakat.
Di akhir kegiatan, para peserta melakukan post test yang akan dijadikan tolak ukur panitia dalam menilai keefektivitasan pelatihan ini.
“Kesannya sangat luar biasa bagaimana GEN-A melakukan kegiatan ini. Metodenya bukan hanya penyampaian materi tetapi juga dilakukan praktik langsung. Jika terjadi hal-hal yang demikian, anak-anak kami tahu harus berbuat apa tanpa menunggu diarahkan oleh pihak dayah. Pesan kami semoga kegiatan ini terus ada dan berkelanjutan”, ucap Ibu Rosdiana, S.Sos.I sebagai WaKa SarPras MA Darul Ulum Banda Aceh.
“Hari ini kami mendapatkan sesuatu yang baru, kami tidak takut lagi jika sewaktu-waktu harus menolong teman kami yang membutuhkan pertolongan pertama pada kecelakaan, dan kami jadi siap menghadapi bencana. Kami harap semoga kakak-kakak GEN-A terus menyebarkan hal baik seperti ini. Semoga GEN-A makin berhasil dan sukses”, ucap Shalahuddin Aba, santri kelas xi MA Darul Ulum Banda Aceh yang mengikuti training.
Relawan Kebencanaan Aneuk Naggroe SMONG (RAKAN-SMONG) adalah salah satu Sub-Unit dari GEN-A yang bergerak pada bidang Pengurangan Risiko Kebencanaan (PRB) berbasis spiritual, kearifan lokal dan kesenian.[]
Post a Comment