Oleh: Muammar, S.Pd.,M.Pd | Penulis Merupakan Ketua Sejarah Indatu Lamuria Aceh (SILA) dan Dosen STIS AL - Aziziyah Sabang
SABANGINFO.COM, Aceh adalah sebuah Imperium besar abad 16 M dan 17 M. Aceh pada masa itu mencapai puncak kekuatan hingga diakui sebagai lima Imperium besar dunia bersama dengan Turki Utsmani, Safawi Persia, Mughal India dan Magribi Maroko. Dua tokoh Aceh yang terkenal di dunia yaitu Sultan Iskandar Muda dan Laksamana Keumalahayati.
Kisah hidup Sultan Iskandar Muda yang termaktub dalam Hikayat Aceh yang telah dijadikan Warisan Dunia UNESCO, serta Hari Lahir Laksamana Malahayati yang juga telah dijadikan Hari Perayaan Internasional oleh UNESCO, adalah sebuah berkah yang luar biasa bagi aceh yang sekarang tengah terpuruk setelah masa konflik perang dan Tsunami.
"Salah satu tokoh terpenting yang membuat Aceh eksis di dunia Internasional adalah Sultan Iskandar Muda. Beliau telah berhasil melakukan banyak hal dalam memajukan aceh baik dalam bidang ekonomi, militer dan keagamaan. Pada zamannya aceh mengalami kegemilangan", kata Muammar Al Farisi Ketua SILA
Sultan Iskandar Muda mengandemen qanun Meukuta Alam, dan memperkuat perdagangan aceh. Pada zaman Sultan Iskandar Muda, Aceh sangat terkenal karena keindahan dan kekayaanya.
Sultan juga amat sayang kepada anak yatim dan fakir miskin, setiap hari Jum'at Sultan mengeluarkan sedekah untuk segala rakyat. Hampir semua senjata prajurit pasukan perang zaman Sultan Iskandar Muda memiliki hiasan emas. Sultan Iskandar Muda juga sangat ditakuti oleh Imperialisme barat.
Sultan Iskandar Muda adalah sultan yang menjaga makam para Marhum Sultan, Ulama dan Umara yang telah berpulang sebelum era Sultan Iskandar muda.
Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai Sultan yang menjaga makam yang awani (sepi). Sultan Iskandar Muda aktif menjaga peninggalan era lampau, baik Lamuri atau Samudera Pasai yang kemudian melebur menjadi Aceh Darussalam dan berada dibawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda.
Sultan Iskandar Muda hidup dengan tradisi para sultan yang shalih. Tradisi ini kemudian diteruskan oleh para sultan setelah Iskandar Muda.
Dalam Hikayat Aceh diceritakan bahwa Sultan Ahmad (1603-1617 M) dari Rum Turki Utsmani memuji Sultan Iskandar Muda karena Sultan Iskandar Muda amat bijaksana serta alim.
Bahkan setiap salat 5 waktu Masjid Raya selalu penuh dengan jamaah, sehingga pada zaman itu jumlah jamaah Masjid Raya terkenal di dunia sebagai jamaah terbanyak kedua setelah Masjidil Haram Makkah.
Iskandar Muda juga raja yang sangat adil, bahkan juga berlaku adil dalam penegakan hukum terhadap keluarganya sendiri.
Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, kekuasaan diteruskan oleh menantunya yaitu Sultan Iskandar Tsani (1636-1641 M) dari Pahang. Aceh tetap mengalami kegemilangan.
Selanjutnya pemerintahan diteruskan oleh anak perempuan Sultan Iskandar Muda yaitu Sultanah Safiatuddin (1641-1675 M).
Sultanah Safiatuddin terkenal alim seperti ayahandanya. Sultanah Safiatuddin juga hidup dengan tradisi Sultan Iskandar Muda, dan dikagumi sebagai ahli strategi dan diplomat ulung. Pada masa Sultanah ini banyak para ulama mengarang kitab-kitab ilmu pengetahuan di Aceh.
Nama Sultan Iskandar Muda yang sangat berjasa terus dikenang hingga kini. Tahun ini Aceh memperingati Haul atau wafatnya Sultan Iskandar Muda pada tanggal 27 Desember 2023.
Dengan Peringatan 387 Tahun wafatnya Sultan terbesar Aceh Sultan Iskandar (1636-2023 M) dalam hitungan Masehi atau 399 Tahun (1046-1445 H) dalam hitungan Hijriah, maka ini adalah langkah awal perlindungan terhadap seluruh situs sejarah Aceh.
Maka perlu langkah semua pihak untuk melindungi situs sejarah aceh. Sekarang banyak sekali situs yang terancam seperti terancamnya Situs Gampong Pande dengan adanya proyek IPAL, demikian juga proyek Waduk Keureuto yang juga memusnahkan kawasan situs Samudera Pasai ,dll.
Perlindungan situs sejarah harus menjadi prioritas utama, kalau tidak aceh akan kehilangan sejarah masa depan yang sangat penting.
Seluruh situs sejarah harus didata dengan melibatkan semua pihak dan berbagai unsur. Seluruh kawasan situs sejarah juga harus dipetakan, agar kejadian seperti Gampong Pande dan Waduk Keureto tidak terulang kembali dimasa yang akan datang.
Demikian juga perlu ditekankan Pendidikan Sejarah Aceh sejak usia dini untuk generasi aceh, sehingga rakyat aceh tidak asing dengan sejarah negerinya sendiri.
Pemerintah, LSM dan Masyarakat dapat melakukan gotong royong di kawasan situs sejarah dan melindungi situs dengan memasang plang.
Dengan dukungan semua pihak maka situs sejarah warisan indatu akan terjaga di seluruh Aceh.[]
Post a Comment