GEN-A Edukasi Remaja Putri Pencegehan Pelecehan Seksual dan Kesehatan Reproduksi

 


Laporan Syiaful Nazila | Banda Aceh


SABANGINFO.COM, BANDA ACEH - Sebanyak 20 orang remaja putri Panti Asuhan Media Kasih mendapatkan edukasi kesehatan reproduksi dan pencegahan pelecehan seksual, Banda Aceh, Sabtu (18/11/2023).


 Edukasi ini adalah program Public Health Innovator (PHI) GEN-A yang menghadirkan aktivis kesehatan dari perawat dan apoteker sebagai pemateri. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri dalam menjaga kesehatan organ reproduksi dan menjaga diri dari pelecehan seksual.


Kegiatan ini dipandu oleh Imra Atun Munira, S. Farm yang diawali dengan pre-test berisi 20 pertanyaan terkait dengan kesehatan reproduksi dan pencegahan pelecehan seksual. Materi pertama bertajuk “Kesehatan Reproduksi: Vaginal Hygiene pada Remaja” disampaikan oleh Nabilah Shafwat, S.Farm.


 Pada dasarnya, remaja perlu memiliki pengetahuan seputar kesehatan reproduksi. Tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, informasi yang benar terhadap pembahasan ini juga bisa menghindari remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Khususnya bagi yang sedang menstruasi, tentu penting sekali menjaga kesehatan reproduksi saat menstruasi. Mengingat saat menstruasi, organ intim rentan sekali terpapar oleh bakteri. kata Nabila.


lanjutnya, Pada beberapa wanita, ada yang merasakan nyeri haid atau kram, yang juga disebut sebagai disminorea. Dalam paparannya, Nabila menjelaskan mengenai cara mengatasi nyeri haid, yang ternyata keluhan tersebut sangat banyak dialami oleh para peserta. “Dismenorea atau nyeri haid terjadi akibat peluruhan dinding rahim karena tidak terjadinya fertilisasi. 


Hal inilah yang membuat rasa sakit itu terjadi dan dapat menjalar sampai ke tulang belakang, sehingga membuat kita tidak nyaman dan sulit untuk beraktifitas. Oleh karena itu, penanganan yang tepat adalah dengan mengompres area yang sakit menggunakan air hangat, serta hindari untuk mengonsumsi minuman berkafein”. 


Ia juga menyampaikan mengenai cara untuk melakukan vaginal hygiene yaitu membasuh vagina dari arah depan ke arah belakang (bokong) agar kuman-kuman disekitar anus tidak terbawa ke area vagina sehingga mencegah munculnya penyakit. Selain itu mengganti celana dalam minimal dua kali sehari juga penting, juga mengganti pembalut  ketika haid minimal 3 kali sehari, agar dapat terhindar dari berbagai penyakit seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), infeksi saluran kemih, radang vulva (vulvitis), dan lainnya. ujar Nabila.


Sementara itu,  Ns. Cut Aura Maghfirah Putri, S.Kep, yang membahas mengenai pencegahan pelecehan seksual berbasis religio-psiko-sosial. Ns. Aura mengawali edukasi dengan menunjukkan fakta berupa berita-berita yang melaporkan beberbagai kasus pelecehan seksual yang terjadi di Aceh. 


Ia juga menceritakan sedikit mengenai kasus yang terjadi di Kabupaten Bener Meriah pada 2022 lalu, sebagai contoh nyata bahwa pelecehan seksual bisa terjadi kapan saja baik di sekolah, di tempat umum, bahkan dilingkungan terdekat. “Pelecehan seksual bisa terjadi dimanapun dan kapanpun. Pelecehan seksual bukan hanya sebatas tindakan fisik seperti menyentuh, meraba, atau memegang tubuh korban tanpa persetujuan.Namun, tindakan seperti bersiul, mengucapkan rayuan dan lelucon yang berbau seksual, atau menatap korban dengan nuansa seksual itu sudah masuk ke pelecehan seksual”, tegasnya.


 Ns. Aura juga menekankan kepada para peserta untuk tidak diam ketika mengalami pelecehan seksual dan cobalah untuk menceritakan kejadian tersebut kepada orang yang dipercaya dan memiliki wewenang seperti orangtua/wali dan guru (jika terjadi di sekolah). Jika diperlukan, meminta informasi dan perlindungan dari lembaga seperti Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga merupakan opsi yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan ketika korban ingin melaporkan kasus tersebut ke pihak berwajib. 


Dalam agama Islam, upaya pencegahaan pelecehan seksual sebenarnya bukanlah hal yang asing, namun sering diabaikan. Salah satu yang paling sederhana adalah batasan aurat dan larangan untuk tidak bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. 

Aurat tidak hanya kepada lawan jenis, tetapi kepada sesama jenis. Tidak jarang wanita berjilbab namun tidak sadar kalau bagian lehernya terlihat. Selain itu, penting bagi kita untuk membiasakan agar tidak bersentuhan dengan lawan jenis walaupun hanya sentuhan ringan bercanda. Kebiasan kecil bersentuhan seperti ini lama kelamaan akan membuat kita “terbiasa” sehingga pelan-pelan tidak sadar sudah berlebihan. Oleh karena itu, beranilah untuk menegur dan saling mengingatkan ketika itu terjadi. 


 Tim Public Health Innovator (PHI) dari GEN-A bergerak untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi supaya terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan, serta agar peserta dapat lebih menjaga diri dan mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan jika kejadian pelecehan seksual terjadi. 


Kegiatan ini juga diharapkan agar para remaja putri berani berpendapat dan berdiskusi terkait kesehatan reproduksi, karena hal ini bukanlah suatu hal yang tabu untuk dibicarakan melainkan bermanfaat untuk dipahami secara menyeluruh.


Kegiatan ini lalu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan juga post-test. Para peserta diberikan soal post-test dengan tujuan untuk membandingkan pengetahuan setelah diberikannya materi. Kegiatan ini lalu ditutup dengan pemberian doorprize dan sesi foto bersama. 


Lalu di penghujung kegiatan, para peserta mengungkapkan rasa senangnya karena telah bertambah pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi dan juga pencegahan pelecehan seksual. “Dengan kegiatan pemberian materi tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan seksual, saya jadi lebih mengetahui bagaimana bentuk dari pelecehan seksual yang ternyata tidak hanya berbentuk sebatas tindakan fisik seperti menyentuh, meraba, atau memegang tubuh korban tanpa persetujuan. Namun, tindakan seperti bersiul, mengucapkan rayuan dan lelucon yang berbau seksual termasuk ke dalam bentuk pelecehan seksual. 


Dan jika hal tersebut sudah terjadi, maka segera lapor kepada pihak terkait. Harapan saya, tim dari GEN-A bisa datang ke Panti Asuhan Media Kasih lagi untuk bisa berbagi ilmu yang lebih luas.” ungkap Tasya, salah anak asuh Panti Asuhan Media Kasih yang menjadi peserta.


“Indonesia darurat pelecehan dan kekerasan seksual, periode Januari-September 2023 Kemen-PPA melaporkan ada 19.593 kasus dan 7.451 korban (38%) berusia 13-17 tahun. Untuk Aceh, per Juni 2023 terdapat 575 kasus yang tercatat oleh DP3A. Ini masalah besar, dan anak muda harus bergerak aktif untuk mencegah kejadian ini.” Tegas dr. Imam Maulana selaku Direktur Eksekutif GEN-A.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post