Santri Pahlawan Pendidikan Untuk NKRI

 


Oleh : Ida Susanti | Penulis adalah Mahasiswi STIS AL - Aziziyah Sabang dan Alumni Santri Pondok Pesantern Al Mujadid Sabang


Hari santri adalah momen untuk mengingat semangat para pendahulu kita, semangat kebangsaan, semangat cinta tanah air, hingga rela berkorban untuk bangsa dan negara. Semangat ini adalah semangat menyatukan keberagaman, semangat menjadi satu untuk indonesia. 


Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 oktober. Peringatan ini bertujuan untuk menghormati dan meneladani semangat jihat para ulama. Kaum Kiai dan santri bersama dengan pejuang lainnya memiliki peran besar dalam memperjuangkan dan menjaga keutuhan negara kesatuan republik indonesia (NKRI).


Pada tahun 2023 ini, Kemenag Republik Indonesia  menjelaskan bahwa tema peringatan hari santri 2023 adalah “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Tema ini memberi pesan bahwa peringatan hari santri tahun ini ingin merayakan semangat dan dedikasi para santri sebagai pahlawan pendidikan dan perjuangan kebodohan. Dizaman yang penuh tantangan dankompleksitas, jihad tidak lagi merujuk pada pertempuran fisik, melainkan pada perjuangan intelektual yang penuh semangat.


Menurut Dr. KH. Yaqut Cholil Qoumas, jihad bukan sesuatu yang statis dan dinamis, jihad itu sangat konstektual. Makna jihad hari ini tidak lagi perang sebagai mana masa lalu. Jihad santri saat ini adalah jihad intelektual, jihad yang mengarah pada penguasaan ilmu pengetahuan dan skill yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Musuh santri saat ini bukan lagi penjajahan belanda atau jepang, tetapi kemiskinan dan kebodohan.


Santri adalah teladan dalam menjalani jihad intelektual. Dengan buku sebagai senjata dan pena sebagai tongkat kebijaksanaan. Seperti kata mutiara dari Imam Syafi’i

العِلْمُ صَيْدٌ والكِتَابَةُ قَيْدُهُ

قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالحِبَالِ الوَاثِقَةِ

فَمِنَ الحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً

وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الخَلَائِقِ طَالِقَةً


Maksud dari kata mutiara diatas adalah dalam memberikan nasehat Imam Syafi’i mengumpamakan ilmu itu bagaikan binatang, dan orang yang mencari ilmu adalah sang pemburu. Untuk memiliki buruan yang telah ia dapatkan (sang pemburu) maka supaya buruannya tidak hilang maka ikatlah dengan kuat. Begitu juga dengan ilmu, apabila sudah mendapatkan pengetahuan yang kita dapatkan, maka supaya ilmu itu tidak sirna dari ingatan kita caranya dengan mencatatnya dengan baik menggunakan buku dan pulpen.


         Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) mengatakan, santri adalah makhluk Allah SWT, sosok intelektual yang serba bisa, siap disegala situasi dan kondisi. Agar dapat dikatakan intelektual, seorang santri harus memenuhi syarat, diantaranya pemikiran yang kritis. Ditegaskan oleh Gus Reza, santri memiliki pemikiran yang kritis dan serba bisa. 


Kecerdasan itu didapatkan karena di pesantren diajarkan membagi waktu. Hal ini dapat disaksikan oleh masyarakat bahwa pesantren memiliki program yang cukup padat yang harus dijalani oleh setiap santri. Menurutnya, orang yang bisa membagi waktu adalah orang yang cerdas. 


Di pesantren juga diajarkan kemandiran, disiplin, kesederhanaan, kekompakan dan kebersamaan. Oleh karena itu, peran lembaga pendidikan khususnya pesantren sangat berpengaruh untuk mencetak generasi santri yang memiliki kemampuan spritual dan intelektual, guna memajukan negara kesatuan republik indonesia (NKRI).


Post a Comment

Previous Post Next Post