GEN A Gelar Kegiatan Muda mengabdi, Bentuk Karakter Islami dan Unggul Aceh

 


Laporan Zafira Nabilah | Banda Aceh


SABANGINFO.COM, BANDA ACEH - Tingkatkan peran pemuda dalam pembentukan karakter unggul dan islami anak muda Aceh, Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) berikan edukasi kepada anak-anak kota Banda Aceh, Sabtu 25 Agustus 2023. 


Serangkaian kegiatan dalam program GEN-A mengabdi menjadi upaya bagi pemuda Aceh untuk berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan di masyarakat. Mengusung tema Katalisator Pembangunan Karakter Generasi Unggul Aceh, anggota GEN-A bergerak memberikan edukasi kesehatan mental dengan pendekatan agama islam, kesiapsiagaan menghadapi gempa bumi, kesehatan reproduksi dalam upaya pencegahan pelecehan seksual dengan pendekatan agama islam, perilaku hidup bersih dan sehat, dan pencegaan penyakit yang ditularkan dari hewan (zoonosis).


Edukasi kesehatan mental dengan pendekatan agama islam diberikan kepada 40 orang anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kota Banda Aceh. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh tingginya resiko gangguan mental yang terjadi di era digital saat ini. Menurut Indonesia- National Adolescent Mental Health Survey 2022, 15,5 juta (34,9%) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5%) remaja mengalami permasalahan kesehatan mental. Hal ini tidak terlepas terhadap anak-anak LPKA. Anak didik LPKA biasanya mengalami permasalahan fungsi sosial baik sebelum maupun ketika masa pembinaan. Resiko ini juga mencul ketika mereka selesai dari LPKA dan kembali ke masyakarat.


Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta memberikan kontribusi kepada masyarakat. Kesehatan mental pada remaja sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan, budaya, pendidikan, dan agama.


Gangguan kesehatan mental dapat berupa depresi, dan ketidakmatangan emosi yang berakibatkan kepada terbentuknya kenakalan dan tindakan kriminalitas yang dilakukan remaja. Meningkatnya kasus kriminalitas yang melibatkan remaja setiap tahunnya mengakibatkan adanya anak-anak yang terpaksa berhadapan dengan hukum demi mempertanggungjawabkan perbuatannya, tidak sedikit pula anak-anak yang harus menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Konsep materi, dan solusi dalam menjaga kesehatan mental remaja sangatlah dibutuhkan untuk mengetahui kemana tujuan hidup generasi muda yang berpegang teguh pada akidah islam agar menjadi pemuda yang rahmatan lil’alamin. Edukasi diberikan oleh Fatmawati, S.Psi (OASE Biro Psikologi Konsultan) dan Seprita Suryani Nestri (Intern GEN-A).


Edukasi juga diberikan kepada 30 orang siswa kelas 6 SD Negeri 60 Kota Banda Aceh dengan topik Pelatihan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi. 


Menurut Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh, setelah kurang lebih 19 tahun tsunami Aceh, upaya pendidikan mitigasi bencana mulai melemah. Pemilihan sekolah sebagai sasarannya salah satunya karena memiliki gedung bertingkat yang meningkatkan resiko terdampak gempa bumi. Tidak seperti banjir atau tsunami, gempa bumi sangat jarang memakan korban. Namun seringkali kecelakaan terjadi pada saat gempa bumi terjadi karena kepanikan dan rendahnya kesiapsiagaan. Siswa diajarkan respon yang baik ketika gempa bumi terjadi diantaranya cegah panik dengan berzikir, cegah kecelakaan dengan masuk kolong meja dan tidak langsung berbondong-bondong keluar dari kelas, serta segera keluar kelapangan namun tidak saling dorong ketika gempa bumi berhenti dan mengantisipasi gempa bumi susulan. Edukasi diberikan oleh Maulana Kamal, Sekretaris sub-unit Relawan Kebencanaan Aneuk Nanggroe Smong (RAKAN-SMONG GEN-A) dan Ulfa Zahra Sisca (Intern GEN-A).


Dengan menjadikan remaja Panti Asuhan UPTD Rumoh Seujahtera Aneuk Nanggroe, tim GEN-A memberikan edukasi kesehatan reproduksi dalam upaya pencegahan pelecehan seksual dengan pendekatan agama islam. Sebanyak 13 orang remaja putri dan 10 orang remaja putra diberikan edukasi oleh Ns. Nia Mullidayanti, S.Kep (Intern GEN-A) dan Umeir Fawwas Anaqi (Intern GEN-A). 


Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka pelecehan seksual terhadap anak di Aceh. Pendidikan Kesehatan Reproduksi pada remaja memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman dan kesadaran yang tepat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas, serta pencegahan terjadinya pelecehan. Pada masa remaja yang merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, remaja mengalami perubahan fisik dan psikologis yang kompleks. Berdasarkan data BPS jumlah remaja di Banda Aceh usia 15-24 tahun berjumlah 18,076 (BPS-Aceh, 2023) dengan meningkatnya jumlah remaja, risiko munculnya permasalahan kesehatan harus diwaspadai.


Pendekatan Agama Islam dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi pada remaja memberikan dimensi moral dan etika yang mendalam dalam memahami kesehatan reproduksi dan seksualitas. Ajaran agama Islam menekankan pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan pikiran, menghormati hak-hak diri sendiri dan orang lain, serta menghindari perbuatan-perbuatan yang merugikan diri maupun orang lain. Salah satu hal sederhana yang dapat dilakukan adalah membiasakan diri untuk tidak saling bersentuhan dengan lawan jenis walaupun hanya sekedar menepuk pundak atau menginjak kaki ketika bersenda gurau. Membiasakan hal ini akan membuat diri kita memiliki “tameng” dari perilaku yang mendekati zina, sebagaimana ditekankan dalam hadits Rasulullah SAW.


Pada hari yang sama, dilaksanakan juga kegiatan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan terhadap guru SD Negeri 1 oleh tim GEN-A yang berkolaborasi dengan CIMSA FK USK. Sejumlah 20 orang guru diberikan pelatihan tentang pengembangan Unit Kesehatan Sekolah (UKS), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (mimisan, pingsan, luka bakar, dan luka berdarah). Hal ini penting karena kecelakaan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, namun penanganan yang salah dapat memperparah kondisi korban. Di sekolah, guru bertanggung jawab atas keselamatan siswa sehingga guru harus mampu memberikan penanganan awal yang benar. 


Pada umumnya mimisan ditangani dengan cara yang salah yaitu mengangkat kepala dan memasukkan dedaunan (biasa daun sirih) ke hidung, sayangnya penanganan yang salah ini dapat membuat korban tersedak (karena darah masuk ke saluran nafas) dan infeksi karena kontaminasi dari dedaunan ke pembuluh darah yang pecah. Penanganan yang benar adalah dengan memencet bagian tengah batang hidung yang lunak, tundukkan kepala, dan lap darah dengan tissue selama 10-15 menit dan minta korban untuk bernafas dari mulut, memberikan kompress dingin dibagian hidung dapat mempercepat berhentinya darah. Namun jika dalam 15 menit tidak berhenti, segera bawa ke IGD layanan kesehatan terdekat.


Jika terkena benda panas (luka bakar), berikan penanganan pertama dengan membasuh daerah luka dengan air bersih yang mengalir selama 20 menit. Hal ini bertujuan untuk mencegah penjalaran panas dan perluasan luka. Setelah itu, jika cukup parah (muncul gembung air) bawa ke IGD terdekat. Tidak perlu mengoleskan pasta gigi, yang mana dapat menyebabkan resiko bertambang parah. Edukasi ini diberikan oleh Ns. Nufus Diana Putri, S. Kep (Trainer P3K GEN- A) dan co-trainers yaitu, Ns. Nanda Meutia, Hasmi, S. Kep., Ns. Sabarina, S. Kep., Ns. Muhammad Fajar, S. Kep., Ns. Muhammad Furqan, S. Kep.


Rangkaian sebelumnya dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2023, telah dilakukan


kegiatan edukasi PHBS kepada siswa PAUD Bungong Reudop dan TK Bunga Pala yang berkolaborasi dengan LKC Dompet Dhuafa. Edukasi dilakukan dengan metode story telling menggunakan boneka agar menarik dan mempermudah pemahaman para peserta. Edukasi diberikan oleh Aiza (Intern GEN-A) dan M. Ariq Shidqi (Intern GEN-A). Sedangkan kegiatan edukasi pencegahaan zoonosis dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2023 kepada santri Yayasan BTRG Ulee Kareng. 


Edukasi diberikan dengan menggunakan poster dan video interaktif serta diskusi kelompok kecil agar menarik minat santri untuk belajar dengan ceria. Edukasi dilakukan oleh Tasya Amanda (Mahasiswa FK USK) dan tim. Program ini berkolaborasi dengan tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Syiah Kuala.


"Kami berharap program ini sedikit banyaknya dapat memberikan manfaat bagi para peserta demi membentuk masyarakat Aceh yg unggul dan berkualitas. Semoga kedepannya para pemuda Aceh dapat terus aktif berkolaborasi bersama memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat agar menjadi pribadi yg rahmatan lil alamain" tutur Imam Maulana sebagai Direktur Eksekutif GEN-A.


Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) adalah LSM kepemudaan yang memiliki visi yaitu menjadi katalisator generasi unggul Aceh yaitu anak-anak dan pemuda Aceh untuk terus mengembangkan potensi diri. Penggiat GEN-A adalah para pemuda Aceh berprestasi dari berbagai kepakaran. GEN-A menjadi wadah bagi pemuda-pemudi yang ingin aktif untuk mengusung pembelajaran pembangunan karakter khususnya bagi anak-anak Aceh. Kegiatan GEN-A mendatang dapat langsung dicek melalui media sosial instagram @gen.eduaceh.

Post a Comment

Previous Post Next Post