Pentingnya Menjaga Perut Menurut Imam Al Ghazali




 

Orang yang memakan apa yang diharamkan dan yang syubhat itu terhalang dari berbuat kebaikan. Jika ia kebetulan melakukan kebaikan, maka itu tertolak dan tidak diterima oleh Allah SWT kebaikan itu. Jika itu terjadi berarti ia tidak mendapat apa-apa kecuali lelah dan susah serta hanya menghabiskan waktu.




SABANGINFO -  Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali yang dikenal sebagai Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan bahwa seorang hamba yang tengah menempuh jalan ibadah dan ketaatan wajib menjaga perut mereka. Sebab perut adalah anggota tubuh yang paling besar bahayanya dan paling sulit diperbaiki.


Menurut Imam Al-Ghazali, perut adalah pusat kekuatan tubuh, di dalamnya tersimpan energi bagi seluruh anggota badan. Perut ini juga merupakan anggota tubuh yang darinya berasal sumber kekuatan, kelemahan, kesalehan, kenakalan dan sikap membangkang.


Manusia diperintah oleh Allah SWT untuk menjaga perut ini dari hal-hal yang haram maupun yang syubhat, juga dari mengkonsumsi makanan halal secara berlebihan. Laksanakan perintah Allah SWT tersebut jika kamu ingin hidup yang bermakna dan bermanfaat.


Imam Al-Ghazali juga menjelaskan tiga perkara penting yang harus jadi landasan seseorang menjaga perutnya.


 
Pertama, karena takut terhadap ancaman neraka jahanam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa Ayat 10.

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلْيَتَٰمَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِى بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا


Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS An-Nisa: 10)


Nabi Muhammad SAW bersabda, "Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan, maka neraka lebih utama bagi tempat kembalinya."


Kedua, orang yang memakan sesuatu yang diharamkan dan yang syubhat tidak akan memperoleh taufik dari sisi-Nya dalam beribadah. Sebab tidak pantas berhikmat kepada Allah SWT kecuali orang yang suci dan telah disucikan.


Seperti kita ketahui bersama, Allah telah melarang orang yang junub memasuki rumah-Nya dan orang yang berhadas menyentuh kitab-Nya sebagaimana firman-Nya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَقْرَبُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنتُمْ سُكَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا۟ مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِى سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا۟ ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ ٱلْغَآئِطِ أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS AN-Nisa: 43)


لَّا يَمَسُّهُۥٓ إِلَّا ٱلْمُطَهَّرُونَ


Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (QS Al-Waaqiah: 79)


Padahal kondisi junub dan hadas itu adalah perkara yang mubah (boleh). Lantas bagaimana dengan orang yang bergumul dengan kotoran yang diharamkan dan najis serta yang syubhat. Mana mungkin Allah SWT menerima ibadahnya?


Mu'adz Ar-Razi berkata, "Ketaatan Itu disimpan dalam gudang-gudang Allah dan kunci untuk membukanya adalah dengan doa, sedangkan gigi-gigi kuncinya adalah rezeki yang diperoleh dengan cara yang halal, apabila kunci itu tidak dimiliki gigi maka pintu itu tidak akan terbuka, dan apabila pintu tersebut tidak dapat dibuka maka bagaimana ia sampai kepada ketaatan."


Ketiga, orang yang memakan apa yang diharamkan dan yang syubhat itu terhalang dari berbuat kebaikan. Jika ia kebetulan melakukan kebaikan, maka itu tertolak dan tidak diterima oleh Allah SWT kebaikan itu. Jika itu terjadi berarti ia tidak mendapat apa-apa kecuali lelah dan susah serta hanya menghabiskan waktu.


Nabi Muhammad SAW bersabda, "Berapa banyak orang yang sholat malam namun tidak mendapatkan apa-apa dari sholat malamnya itu selain kelelahan akibat begadang dan berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu selain rasa lapar dan dahaga saja."


Abdullah bin Abbas mengatakan, "Allah tidak menerima sholat seseorang yang dalam perutnya penuh dengan makanan haram." [arif subarkah, republika.co.id]

Post a Comment

Previous Post Next Post