Mengungkap Makna Yang Tersembunyi Di Museum Tsunami Aceh

 



Penulis : Ikhsanul Arusni Mulia


Sebuah bangunan yang berdiri tegak pada 13 Tahun Silam hingga sekarang. Bangunan yang terletak di pusat Kota Banda Aceh ini menjadi sebuah monumen simbolis untuk Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Aceh Pada 26 Desember 2004.


Saat memasuki Museum Tsunami Aceh terdapat lorong setengah melingkar yang gelap gulita menjadi sebuah ibarat satu pusaran air laut, lorong ini dinamakan lobang waktu yang akan membawa kita ikut merasakan kondisi Aceh dilanda bencana serta diiringgi oleh suara rateb yang saling bersahut-sahutan.


Lalu kita akan bertemu dengan sebuah ruang yang mengibaratkan titik pusaran air laut, ruang tersebut adalah sumur doa di dalamnya terdengar lantunan ayat suci Al-qur'an yang syahdu, lalu terdapat pula nama-nama korban musibah Tsunami yang tersusun tingkat demi tingkatan layaknya sebuah sumur yang dalam dan terlihatlah dari dasar sumur lafaz Allah SWT yang tinggi di atas sumur doa. 


Setelah itu kita akan terfokus melihat ke atas bergelantungan Bendera-bendera Negara yang ikut serta membantu Aceh dalam musibah Gempa Bumi dan Tsunami dan terdapat sebuah kolam yang luas serta banyak anak-anak ikan yang bermain di dalamnya. 


Di tingkat ke dua kita akan melihat Peta Sumatra yang sangat besar dan terukir rapi, postur-postur musibah yang terjadi, miniatur gedung Tsunami, ruangan yang menayangkan video pendek yang berdurasi 10 menit saat gempa terjadi dan ruang postur bintang yang peka terhadap bencana alam. 


Lalu seiring pusaran air laut yang berlawanan terdapat miniatur rumah aceh, miniatur PLTD Apung dan Televisi yang menayangkan Peta Aceh sebelum dan sesudah dilanda bencana Tsunami. 


Saat turun kami menjumpai seseorang pemuda paruh baya yang berumur 37 tahun dengan memakai kaus dan topi hitam  menjadi ciri khasnya, Zul Fitriadi namanya  yang duduk di sekitaran kolam sambil menjual pelet ikan. 


Untuk menghibur pengunjung yang datang dengan menjual pelet ikan seharga Rp 2.000 perbungkus atau Tiga bungkus Rp. 5.000. Zul telah menjual pelet ikan kurang lebih 2 tahun. 


Lalu kami bertemu dengan Basir adalah seorang pengunjung yang sudah berumur dengan raut di bawah matanya, berasal dari Kuala Simpang, Aceh Tamiang


Basir mengatakan " Saya baru pertama sekali berkunjung ke sini di umur sekarang 70 tahun, menurut Basir Bangunan Meseum Tsunami ini Bagus"


Museum Tsunami di Banda Aceh yang dirancang oleh arsitek asal Bandung, Jawa Barat, Ridwan Kamil yang sekarang menjadi Gubernur Jawa Barat. Bangunan tersebut berkonsep rumoh Aceh, Dindingnya dihiasi gambar orang-orang menari Saman yang mengartikan bahwa orang Aceh kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post