Ekpedisi Makam Cucu Khalifah Di Samudera Pasai

Berdoa di MakamAbdullah bin Amir Muhammad bin 'Abdul Qadir bin Yusuf bin 'Abdul 'Aziz bin Al-Manshur Abi Ja'far Al-'Abbasiy Al-Mustanshir bi-Llah Amirul Mu'minin, Khalifah 'Abbasiyyah, semoga Allah Menyiramkan rahmat ke atas pusaranya. Wafat pada malam Jum'at 23 bulan Rajab tahun 816 (Hijriah)


Oleh: Muammar, S.Pd.,M.Pd | 

Dosen STIS Al - Aziziyah Sabang dan Lembaga Sentral Informasi Lamuria Aceh (SILA)


Penyebutan Sultan Samudera Aceh Wa Samudera Pasai menunjukkan Aceh merupakan pelanjut dari Kesultanan Samudera Pasai sebagai penyebar Islam di Asia Tenggara dan juga sebagai pelanjut dari warisan Syarif Mekkah dan Bani Abbas di Samudera Pasai. 


AHAD 24 Juli 2022, saya dan beberapa rekan bergerak dari Bireuen menuju Samudera Pasai. Kami sampai di Lhokseumawe kemudian melanjutkan perjalanan sampai ke Keudee Geudong, sebelum jembatan berbelok ke arah kiri menuju makam Sultan Malikussaleh (1270-1270).


Makam Abdullah bin Amir Muhammad bin 'Abdul Qadir bin Yusuf bin 'Abdul 'Aziz bin Al-Manshur Abi Ja'far Al-'Abbasiy Al-Mustanshir bi-Llah Amirul Mu'minin, Khalifah 'Abbasiyyah, semoga Allah Menyiramkan rahmat ke atas pusaranya. Wafat pada malam Jum'at 23 bulan Rajab tahun 816 (Hijriah). lokasi makam cucu khalifah ini beralamat Gampong Kuta Krueng Kecamatan Samudera Aceh Utara.


Sultan Malikussaleh nama aslinya adalah Meurah Silu adalah Sultan Pertama Kerajaan Pasai dalam hikayat Raja Pasai Sultan Malikussaleh bermimpi berjumpa Rasulullah setelah bangun dari Mimpi maka Sultan Malikussaleh tubuhnya menjadi wangi dan dapat menghafal Al Qur'an seluruhnya. Tak lama datanglah Syeikh Ismail Utusan Syarif Mekkah dan mengangkat Meurah Silu menjadi Sultan Malik As Salih sejak itu pasai menjadi tempat penyebaran Islam di Asia Tenggara.


"Poteu pangge bujang tandi, sajan waki ngon panglima

Teudongkeuh di yub peurakna seumah, junjong khalifah

meukuta donya

Deelat Tuanku meuribee ampon, kamoe pakon neuseuranta

Nyang kupangge gata keunoe, ulonteu nyoe jadeh kubungka

Jak taseutet uleebalang, dum wadi nyang raya-raya


(Baginda panggil bujang tandil, beserta wakil dan panglima

Berdirilah di bawah peterana sembah, menjunjung khalifah

mahkota dunia.


"Daulat Tuanku beribu ampun, kami mengapa diseranta?"

"Sebab kupanggil Anda ke mari, saya ini jadi mara!

Pergilah jemput hulubalang, semua wazir yang besar-besar!"  (Hikayat Meukuta Alam )


Tim kemudian bergerak melewati tambak. Di kawasan tambak terdapat makam Teungku Peut Ploh Peut (44) yang terkenal. Kisah Teungku Peut Ploh Peut juga berhubungan dengan Raja Bakoy Sultan Ahmad Permudal perumal dan kisah Madom Paria dan Tun Beraim Bapa. 


Raja Bakoy yang mat kerajaan

Aneuk Gobnyan Madom Paria

Raja Bakoy Yang Khalifah

Yang Meugah Beuraim Bapa 

Sebab kuat tat pahlawan Lom pi Tuan Keramat Raya (Hikayat Pocut Muhammad).


Raja Bakoy disebut adalah Khalifah pada zamannya dalam hikayat Pocut Muhammad. Pada zaman dahulu seorang pemimpin yang memiliki wilayah kecil lengkap dengan perangkat dan tentara disebut Raja. Jika kekuasaannya sudah besar sampai memiliki sepuluh ribu prajurit disebut Sultan. Dan jika sampai 20 Ribu Prajurit dan menguasai beberapa kesultanan disebut Sultanussalatin ada yang menggunakan gelar Padi Shah dan di jika kekuasaannya di atas itu  menggunakan gelar Khalifah. 


Kemudian tim bergerak hampir sampai di sebuah lorong menuju Makam Sadrul Al Kabir  Abdullah bin Muhammad Al Abbasi cucu Khalifah Bani Abbas di Samudera Pasai. Sayang sekali sama sekali tidak ada plang atau pemberitahuan kalau disana ada makam tokoh besar yang dimakamkan.


Kami menuju kawasan makam kami sampai di tambak masyarakat. Disebelah kanan terdapat Cot Astana sebuah bukit penuh pemakaman. Menurut Informasi dari masyarakat sekitar kawasan makam pada masa lalu di Cot Astana adalah Tempat Istana Kesultanan Samudera Pasai. Kemudian Cot Astana itu berubah menjadi kawasan pemakaman sampai hari ini.  Kawasan Cot Astana tempatnya agak lebih tinggi dari permukaan tanah dan kalau melihat lokasinya nampaknya memang benar kawasan tapak istana Kesultanan Samudera Pasai.


Tim kemudian bergerak ke arah kiri dan menemukan makam Sadrul Kabir Abdullah bin Muhammad. Nasab lengkap adalah  'Abdullah bin Amir Muhammad bin 'Abdul Qadir bin Yusuf bin 'Abdul 'Aziz bin Al-Manshur Abi Ja'far Al-'Abbasiy Al-Mustanshir bi-Llah Amirul Mu'minin, Khalifah 'Abbasiyyah Wafat pada malam Jum'at 23 bulan Rajab tahu 816 (Hijriah). Sadrul Al Kabir Abdullah bin Muhammad atau dikenal Abdullah Tajul Nilah hidup sezaman dan merupakan penasehat  Sultan Zainal Abidin Malikuzzahir (1389-1405).


Dalam kisah Ibnu Batuta di India ketika mengabdi pada Sultan Muhammad Tugluq (wafat 1351) Sultan Mengundang Amir Ghyatsuddin Muhammad keturunan Bani Abbas Ke Delhi. Sultan Muhammad Tugluq amat memuliakan keturunan Khalifah Bani Abbas. Ibnu Batuta juga pernah menuju Samudera Pasai dan berjumpa dengan Sultan Malik Az Zahir dan setelah itu Ibnu Batuta menuju Cina. 


Putra dari Amir Ghyatsuddin Muhammad Yang bernama Abdullah kemudian menuju Samudera Pasai. Kedatangan Abdullah Bin Muhammad Al Abbasi membuat kedudukan Samudera Pasai bertambah kuat dan mungkin sejak itu gelar Khalifah di pergunakan secara umum oleh Sultan Samudera Pasai. Apalagi Samudera Pasai terpisah amat jauh dengan India dan kawasan Semenanjung Arab dan Turki. Namun tulisan di Batu Nisan dan Uang Deureuham tetap menggunakan gelar Sultan menandakan gelar Khalifah hanya dituliskan dalam hikayat saja dan mungkin para Sultan Samudera Pasai tunduk kepada Khalifah Bani Abbas di Mesir.


Batu Nisan Sadrul Al Kabir Abdullah Bin Muhammad Al Abbasi menggunakan batu marmer. Ada yang mengatakan batu ini dikirimkan khusus dari Delhi ke Samudera Pasai.  Apalagi ada beberapa kompleks era Sultan Zainal Abidin (1389-1405 M) dan Sultanah Malikah Nahrisyah (1405-1428 M) menggunakan batu pualam khas Delhi.  Disamping Makam Sadrul Al Kabir terdapat makam Keluarga beliau.  Di luar kompleks terdapat Kawasan Cot Sidi.


Kawasan Cot Sidi adalah kawasan yang agak sedikit tinggi.  Menurut beberapa sumber kawasan Cot Sidi adalah bekas Rumah Teungku Sidi Abdullah Bin Muhammad Al Abbasi ada yang mengatakan Itu adalah kawasan Mesjid yang didirikan oleh Sidi Abdullah bin Muhammad Al Abbasi. Dibawah tanah ditemukan batu bata yang sudah berusia lama. Kemungkinan besar nampaknya kuta atau Istana tempat tinggal Sidi Abdullah bin Muhammad Al Abbasi.


Dalam Hikayat Meukuta Alam Sultan Iskandar Muda juga di panggil dengan gelar Khalifah. Namun gelar umum yang digunakan Sultan Aceh adalah Sultanussalatin atau Padi Shah. Kesultanan Turki memanggil Sultan Aceh sebagai Padi Shah Asyi.


Sultan Iskandar Muda menyebutkan dirinya sebagai Sultan Aceh Wa Samudera Pasai. Ini menandakan pentingnya kesultanan Samudera Pasai bagi kesultanan Aceh Darussalam dan Aceh merupakan penerus dari kesultanan Samudera Pasai.


Penyebutan Sultan Samudera Aceh Wa Samudera Pasai menunjukkan Aceh merupakan pelanjut dari Kesultanan Samudera Pasai sebagai penyebar Islam di Asia Tenggara dan juga sebagai pelanjut dari warisan Syarif Mekkah dan Bani Abbas di Samudera Pasai. 


Perlu penelitian lebih lanjut tentang hubungan kekhalifahan Abbasiyah dengan Wilayah Aceh Darussalam dan Samudra Pasai.[]


Post a Comment

Previous Post Next Post