Safiah Raih Cita-Cita yang Tertunda


Safiah, S.H (Foto: Istimewa)


SABANGINFO - Kisah nyata  dari seorang ibu rumah tangga, bernama Safiah, yang latar belakangnya sangat sedih dan mengharukan. Di masa kecilnya ia sudah menjadi yatim piatu, orangtua  keduanya telah meninggal sejak beliau masih duduk di bangku SMP/MTsN.

 

Semasa orang tuanya masih hidup ia bercita-cita ingin melanjutkan pendidikannya ke SPGA dimana pada saat itu ia sangat bercita-cita ingin menjadi guru agama, akan tetapi Allah berkehendak lain, kedua orang tuanya meninggal di tahun yang sama yaitu pada tahun 1987 akhirnya cita-citanya tidak tewujud.

 

Ia dilahirkan di Gampong Ie Meulee Kecamatan Suka Jaya Sabang, Safiah anak ke enam (6) dari 11 bersaudara, kakak beradiknya terdiri dari  5 perempuan dan 6 laki-laki, yang sudah meninggal dunia satu laki-laki dan dua perempuan masing-masing adalah kakak tertua, kakak nomor tiga dan adik nomor 9.

 

Setelah orang tuanya meninggal dunia beliau meneruskan perjalanan hidupnya bersama keponakan ayah yaitu kakak sepupu, di sana Safiah melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah yaitu MAN Sabang sampai selesai.

 

Pada tahun 1990 beliau kembali ke keluarganya tepatnya di rumah peninggalan orang tuanya, di hari pertama beliau baik-baik saja dan hari ke dua beliau di panggil oleh kakak yang nomor dua bahwa beliau tidak di izinkan tinggal bersamanya dengan alasan tidak sanggup menaggung biaya makan minumnya. jika beliau terus tinggal bersama dengan kakaknya.

 

Akhirnya Ia keluar dari rumah peninggalan orang tuanya pergi berkelana mencari sesuap nasi untuk menyambung hidupnya sendirian walupun pahit yang dirasakan dan menumpang tidur di rumah-rumah yang ia kenal.

 

Begitulah kisah hidupnya sampai akhirnya bertemu dengan seorang laki-laki yang merasa iba tentang kehidupannya lalu dinikahi  dan dibawa ke kampung halamannya yaitu Aceh Selatan Kluet Utara Gampong Rasian, disanalah Safiah hidup bersama selama tujuh tahun, mereka hidup bagaikan pasangan Romi dan Juliet, susah dan senang dilalui bersama.

 

Pada Tahun 2003 dua sejoli ini kembali ke Sabang bekerja membuka laundry  berjalan. Pasangan yang begitu mesra seperti Anang dan Ashanti ini masih tetap setia bersama. Karena bekal mereka sesuai dengan nasihat KUA pada masa itu jalanilah kehidupan ibarat “memakan tebu, dimakan dari atas terlebih dahulu yang terasa ambar kemudian baru ke pangkalnya tebu yang begitu manis.“

 

Pada Tahun 2005 Safiah diterima sebagai pekerja honorer di Dinas Syariat Islam, kemudian di tahun 2007 beliau bergabung dengan Kantor Sat Pol PP dan WH Kota Sabang.

 

Sebagai komitmen bersama dalam menjaga sebuah ke utuhan dalam rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. merupakan harapan baru bagi keluarga untuk mewujudkan cita-citanya, maka beliau minta izin dari suaminya untuk kembali melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi bersama Stis Al-Aziziyah Sabang.

 

Safiah adalah seorang ibu rumah tangga yang sifatnya sangat mandiri, sabar dan tabah dalam menjalani cobaan hidup, beliau ingin sekali melanjutkan cita-citantanya untuk meneruskan pendidikan ke tingkat tinggi ilmu agama islam, beliau juga pekerja keras, bekerja sebagai tenaga honorer/kontrak kerja di sebuah kantor Sat Pol PP dan Wilayatul Hisbah Kota Sabang pada bagian pengawasan pelanggaran Qanun Syariat Islam  Wilayah Kota Sabang.

 

Pada suatu hari Safiah sedang berada di kantor pada saat istirahat tiba-tiba datang seorang laki-laki yang kebetulan rekan kerjanya ia menawarkan  untuk melanjutkan pendidikan SI di sebuah Perguruan tinggi syariah di Kota Sabang dengan biaya kuliahnya sangat terjangkau, tanpa pikir panjang Safiah  menyetujuinya saat itu.  Bergegas menuju ke kampus untuk daftarkan diri sebagai mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Kota Sabang.

 

Atas izin suami ia kini sudah menjadi seorang mahasiswi yang selama ini diidam-idamkan, tidak pernah henti  beliau mengharapkan Ridha suami agar ilmu yang di dapatkan menjadi berkah, suami beliaupun adalah orang yang sangat baik dan bijaksana dalam mengambil keputusan. menurut beliau memberi izin untuk kuliah lagi adalah keputusan yang tepat demi istri tercinta dapat melanjutkan cita-citanya yang sudah lama terpendamkan.

 

Pada akhirnya hari demi hari, semester demi semester Safiah terus berjuang dengan semangat dalam menekuni setiap tugas-tugas yang diberikan oleh dosen-dosennya dengan hasil nilai yang diperoleh selalu mendapatkan hasil yang maksimal, selain itu beliau juga di lantik menjadi bendahara DEMA perwakilan dari Mahasiswa/i kampus STIS  AL- Aziziyah Sabang.

 

STIS Al–Aziziyah Sabang adalah ” SANG PENCERAH DI UJUNG BARAT INDONESIA “ yang telah menghantarkan keberhasilan seorang ibu  rumah tangga menjadi seorang sarjana Hukum  Angkatan pertama di Sabang.

 

"Saya sangat bangga dapat melanjutkan kuliah di STIS Al- Aziziyah Sabang selain kampusnya keren dosen-dosenya pun berkualitas dan juga mahasiswa nya cerdas-cerdas karena itulah  akhirnya saya lulus kuliah dengan nilai istimewa predikat cumlaude," kata Safiah.



Tentu saja menjadi impian setiap mahasiswa, apalagi dengan nilai yang sangat memuaskan dan mendapatkan gelar SI sebagai sarjana Hukum Keluarga Islam, Safiah juga dinobatkan sebagai Duta Kampus tahun 2022, suatu penghargaan yang sangat istimewa untuk wanita kelahiran Ie Meulee ini.

 

“Terima kasih STIS Al Aziziyah, saya bangga dengan kehadiranmu di tengah-tengah pulau terpencil ini dapat menwujutkan impian saya dan mencerdaskan masyarakat dan generasi Sabang,” ujar Safiah. []

 

 


4 Comments

  1. Sukses terus bu safiah..semoga menjadi penerus sang pencerah di ujung barat indonesia

    ReplyDelete
  2. Sangat sedih ceritanya menglinang air mata saya bacanya....

    ReplyDelete
  3. Menangis saya bacanya...sukses terus bu. Ya..

    ReplyDelete
  4. Sukses terus buk, tetap belajar sampai kapanpun

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post