Perangi Konten Negatif Bersama Ruangguru: Stop di Kamu!

Foto: Ist


Laporan Putri Nabila | Banda Aceh


SABANGINFO, Banda Aceh - Ruangguru selaku perusahaan yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan kembali mengadakan webinar Bincang Literasi Digital 4.0 dengan bertemakan “Berperan Aktif Dalam Memerangi Konten Negatif” via Zoom, Sabtu (18/12/2021)


Webinar kali ini Ruangguru berbincang bersama Communication Research Specialist at Love Frankie, Farah Putri dan Brand Ambassador Ruangguru, Gita Safitri Devi.


Menurut Farah Putri, mengontrol emosi dan menciptakan konten positif sangatlah penting agar dapat memerangi berbagai macam konten negatif. 


Ia melanjutkan, saat ini masyarakat sedang berada di fase Work From Home (WFH), dimana yang biasanya anak mahasiswa ataupun siswa SMA bertemu dengan teman-temannya kini mulai mengandalkan internet untuk mengambil informasi tentang pelajaran atau untuk konsumsi konten.


“Interaksi sosial sehari-hari yang biasanya mengalir, nyaman, dan bisa berhadap-hadapan, kini menjadi terbatas. Maka dari itu saya rasa pentingnya kecerdasan emosi dan konten positif untuk berperan aktif memerangi konten negatif,” tuturnya.


Selain itu, kata dia, konten negatif bukan menjadi tanggung jawab satu pihak saja. Konten negatif bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau para influencer saja, tetapi semua bisa disetop melalui pribadi masing-masing.


Farah menegaskan, berdasarkan riset Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Desember 2021, terdapat 10 konten negatif yang paling banyak beredar dan “laris” dikonsumsi khalayak yaitu, pornografi, perjudian, penipuan, konten bermuatan terorisme/radikalisme, SARA, pelanggaran nilai sosial budaya, hoax/fitnah, bullying, hate speech, kekerasan (anak, wanita dan hewan).


Kemudian, lanjut dia, dalam siaran pers SETARA Institute selaku organisasi penelitian yang berfokus pada menjawab kebutuhan aktual masyarakat pada tahun 2018, mereka menyebut bahwa banyak pembuat hoax profesional yang sengaja memproduksi konten-konten ujaran kebencian untuk memecah belah persatuan.


“Bahayanya bagi persatuan bangsa ialah karena dapat memecah belah bangsa, menimbulkan keresahan di masyarakat bahkan bisa menciptakan perpecahan antara kita, baik dengan tetangga, komunitas dan lainnya,” ungkap Farah. 


Sementara itu, Farah berharap agar semua insan dapat bersatu padu dalam memerangi konten negatif. Karena, tegas dia, konten negatif lebih banyak dan lebih cepat menyebar dibanding dengan konten bernuansa positif.


“Yang bisa kita lakukan untuk mencegah konten negatif ini ialah stop di kamu. Jangan kasih panggung untuk orang-orang yang terkenal bukan karena prestasi. Jika bisa, pause sejenak, yakni berfikir sebelum menyebarkan berita tersebut dan mengecek kebenaran berita melalui website Cekfakta yang merupakan kolaborasi media untuk melawan berita palsu,” jelas Farah.


Sehubungan dengan itu, Gita Safitri Devi menjelaskan bahwa dalam bermedia sosial juga harus beretika seperti di kehidupan nyata.


“Sebenarnya etikanya itu sama dengan kita berbicara di dunia nyata, harus bersopan santun dan pastinya membutuhkan peran orang tua. Namun sayangnya orangtua yang anaknya berumur 20-an mereka masih gagap terhadap internet,” tuturnya.


Ia juga berpesan dalam bermedia sosial agar dapat menerima informasi yang baik dan benar dengan menanamkan dalam pikiran bahwa semua orang bisa menulis apapun di media sosial sehingga seseorang harus lebih berhati-hati.


“Hal yang harus kita lakukan yaitu sadar dan tanamkan dalam pikiran bahwa semua orang bisa menulis apapun di media sosial. Orang yang bukan jurnalis bisa membuat berita, orang yang bukan reporter bisa melaporkan sesuatu. Ketika kita sadar akan itu, maka kita akan lebih hati-hati ketika kita menerima sebuah informasi,” tutupnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post